Add caption |
Kehadiran surat
kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam
dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal
ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas),
memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi,
hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Artikel | Surat kabar, Antara
Informasi dan Ideologi
Surat kabar lahir di abad tujuh belas
di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan
surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan
corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial.
Pengaruh surat kabar komersial
merupakan tonggak penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan
perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar
telah menjadi lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat
kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers yang dominan dalam
sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian hukuman bagi para pengusaha
percetakan, penyunting dan wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan
pemberitaan, pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan,
demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran yang dimainkan pers bawah tanah
di bawah penindasan kekuatan asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan
biasanya membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan
menegangkan bagi kalangan pers.
Terlepas dari adanya kemunduran besar,
sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka
mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan
sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum
menggantikan tindak kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini,
institusionalisasi pers dalam sistem pasar berfungsi sebagai alat pengendali
sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha besar justru menjadi lebih lemah
dalam menghadapi semakin banyak tekanan dan campur tangan.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah
berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan
dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai
barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan
tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam
terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan
ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan
ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
Misalnya, analisis tentang Ekonomi
Pancasila. Ekonom yang memiliki ideologi sosialis akan menulis dengan analisis
yang dibumbui ideologi si penulis. Demikian pula dengan penulis yang
memiliki latar belakang kapitalis. Meskipun keduanya memiliki data-data yang
sama, tapi hasil analisis keduanya pasti akan memiliki cita rasa ekonomi
sosialis dan kapitalis.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Republika, Jawa Pos, dan lain-lain) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Republika, Jawa Pos, dan lain-lain) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Jika anda berniat membuat sebuah
penelitian tentang keberpihakan media dan mengetahui Ideologi Di Balik
Berita maka Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita,
yaitu analisis isi (content analysis), analisis bingkai (frame analysis),
analaisis wacana (disccourse analysis), dan analisis semiotik (semiotic
analysis). Semuanya memiliki tujuan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan
target pelaku analisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar